Sejumlah pakar memperkirakan awan bakal menghilang selama Gerhana Matahari Total (GMT) yang akan berlangsung 8 April 2024 di sebagian besar wilayah Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat.
Mereka meyakini hilangnya awan selama gerhana bisa menjadi solusi masalah iklim.
Sebuah penelitian yang terbit 12 Februari di jurnal Nature Communications Earth & Environment itu mengungkap, awan cumulus dangkal mulai menghilang dalam proporsi besar ketika hanya sebagian kecil dari Matahari yang tertutupi.Viral Gerhana Matahari Total 8 April Dikaitkan dengan Teori Nabi YunusAwan tersebut tidak terbentuk kembali hingga akhir momen gerhana.ADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Temuan ini juga menunjukkan fenomena ini mungkin memiliki implikasi untuk solusi iklim yang menutupi Matahari seperti geoengineering atau rekayasa Bumi lewat Matahari.
Namun, penelitian ini tidak berlaku untuk semua awan, melainkan hanya jenis cumulus dangkal, berupa tumpukan awan seperti kapas, yang ditemukan melayang-layang di atas daratan.
\”Itu adalah awan rendah, tidak merata, dan gumpalan yang biasanya Anda temukan pada hari yang cerah,\” kata Victor Trees, kandidat doktor di departemen geosains dan penginderaan jarak jauh di Delft University of Technology di Belanda, yang memimpin penelitian ini, mengutip CNN, Senin (1/4).Ahli AS Wanti-wanti Puncak Siklus Matahari, Bisa Terlihat saat Gerhana\”Jika Anda melihat awan-awan yang mengembang itu selama hari gerhana, maka perhatikanlah dengan seksama, karena awan-awan itu mungkin akan menghilang,\” tambahnya.
Penelitian ini mengungkap awan cumulus tingkat rendah mulai menghilang dalam jumlah besar di atas permukaan tanah yang mendingin ketika hanya 15 persen dari Matahari yang tertutupi.
\”Orang-orang telah melihat hal ini sebelumnya dari daratan. Jika Anda berdiri di permukaan bumi, Anda bisa menghitung awan dan kemudian Anda bisa melihat awan itu menghilang,\” kata Trees.Viral Bumi Bakal Gelap 3 Hari Mulai 8 April, Pakar Tegaskan HoaksTim peneliti fokus pada data yang dikumpulkan selama tiga gerhana Matahari yang terjadi di Afrika antara tahun 2005 dan 2016. Mereka menemukan awan cumulus menghilang selama gerhana karena hubungan antara radiasi Matahari dan proses pembentukan awan.
Trees menjelaskan selama gerhana, permukaan mendingin dengan cepat akibat bayangan Bulan yang menghalangi sinar Matahari, mencegah udara hangat naik dari permukaan Bumi – bahan utama dalam pembentukan awan cumulus.
Menurut simulasi, proses naiknya udara yang mengarah pada pembentukan awan biasanya memakan waktu sekitar 15 hingga 20 menit.
Artinya, meskipun awan-awan itu terlihat menghilang ketika Matahari sudah tertutup sebagian oleh Bulan, asal mula efek ini sudah dimulai.
\”Ketika masih ada banyak cahaya di luar, dan orang-orang biasanya tidak menyadari bahwa gerhana matahari sedang terjadi, awan-awan itu sudah berubah,\” kata Trees.

Komponen kunci sistem iklim

Awan merupakan elemen yang tak terpisahkan dari atmosfer. Awan tidak hanya merupakan bagian penting dari siklus air, tetapi juga membantu mengendalikan keseimbangan energi Bumi dan memengaruhi iklim planet ini.
Awan cumulus dangkal memiliki fungsi yang sangat penting. Awan lapisan batas ini, atau awan di bagian terendah atmosfer yang paling terpengaruh oleh permukaan Bumi, tersebar luas di seluruh dunia dan samudera-samudera di dunia.
Awan ini cenderung tidak menghasilkan hujan, tetapi kondisi tertentu dapat memfasilitasi pertumbuhannya menjadi bentuk awan yang menghasilkan hujan. Awan ini juga sangat efektif dalam memantulkan sinar matahari kembali ke angkasa.
Jake Gristey, ilmuwan peneliti di Cooperative Institute for Research in Environmental Sciences (CIRES) di University of Colorado Boulder, mengatakan awan cumulus dangkal adalah salah satu awan yang paling dipahami, sebagian karena awan ini merupakan awan cair di ketinggian rendah.
\”Alasan mengapa penelitian ini berfokus pada awan cumulus dangkal adalah karena sinar matahari yang mencapai permukaan (Bumi) benar-benar berdampak langsung pada evolusi jenis awan tertentu dengan cara yang tidak terjadi pada jenis awan lainnya,\” kata Gristey, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.Ancaman Global 10 Tahun ke Depan (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)Kontroversi geoengineering iklim di halaman berikutnya…

By admin