Masih aktifnya sejumlah fenomena atmosfer diprediksi bakal memicu hujan sepekan ke depan di banyak wilayah, termasuk yang sebelumnya diprakirakan sudah masuk musim kemarau.
\”Faktor cuaca global dan regional di sebagian besar wilayah Indonesia mempengaruhi cuaca di wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan,\” menurut keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam Prospek Cuaca Seminggu ke Depan Periode 30 April-6 Mei.
\”Pada sepekan ke depan masih terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.\”
Faktor-faktor signifikan yang memicu peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia itu antara lain:Jakarta Diprediksi Mulai Kemarau Pekan ini, Berikut Detil WilayahnyaADVERTISEMENT .para_caption div {width: 100%;max-width: none !important;position: absolute;z-index: 2;}Pertama, gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang diprakirakan aktif di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Timur, Kalimanrtan Utara, Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, dan Papua dalam sepekan ke depan.
Kedua, gelombang atmosfer Kelvin yang diprakirakan aktif di Sumatra bagian Tengah dan Selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT, dan Sulawesi dalam sepekan ke depan.
Ketiga, Sirkulasi Siklonik yang terpantau berada di Laut China Selatan sebelah utara Kalimantan Barat. Fenomena ini membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) memanjang di Kalimantan Barat dan di perairan utara Kalimantan Barat.
Sirkulasi siklonik lain terpantau di Selat Karimata bagian utara yang membentuk daerah konvergensi memanjang dari Selat Makassar bagian utara hingga Sulawesi Selatan.Terungkap, 3 Lautan yang Jadi Kunci Cuaca Ekstrem \’Peneror\’ RIAda pula fenomena sejenis di perairan barat Sulawesi Tengah yang membentuk daerah konvergensi memanjang di Sulawesi Tengah dan dari di Kalimantan Timur.
Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang di Aceh, di Sumatra Barat, dari Bangka Belitung hingga Sumatra Selatan, di Lampung, di Jawa Barat, Kalimantan Selatan, sekitar Sulawesi, Maluku, hingga Papua.
Daerah pertemuan angin (konfluensi) juga terpantau di Maluku bagian Tenggara, Papua Tengah, Papua Selatan, Laut Arafuru hingga Laut Banda dan di Samudra pasifik utara Papua.
\”Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar daerah sirkulasi siklonik dandi sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut,\” kata BMKG.
Alhasil, cuaca ekstrem pun diprediksi hadir di sejumlah wilayah.
\”PERINGATAN DINI: Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll) dan dampak yang dapat ditimbulkannya,\” menurut BMKG.
\”Seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan.\”
Berikut rincian wilayahnya:
30 April–1 April
Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan;
Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.El Nino \’Fix\’ Sudah Berstatus Lemah2–3 Mei
Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan;
Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua, Papua Pegunungan dan Papua Selatan.
4-6 Mei
Aceh, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, KalimantanTengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan;
Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, PapuaBarat Daya, Papua, Papua Pegunungan dan Papua Selatan.
Kapan Indonesia kemarau?
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan \”puncak musim kemarau 2024 diprediksikan terjadi di bulan Juli dan Agustus 2024.\”
Musim kemarau 2024, kata Dwikorita, terbilang mundur di sebagian besar wilayah Indonesia jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, termasuk di Banten, Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan sebagian Maluku.
Pada Prediksi Musim Kemarau Tahun 2024 di Indonesia, menunjukkan sebagian besar wilayah diprediksi mengalami Awal Musim Kemarau 2024 pada bulan Mei hingga Agustus 2024 yaitu sebanyak 445 ZOM (63,66 persen).
Sementara untuk Puncak Musim Kemarau 2024 diprediksi terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024 yaitu sebanyak 537 ZOM (77,27 persen).Benarkah El Nino Sudah Hilang?Pada April dan awal Mei, beberapa wilayah diprediksi sudah dilanda kemarau. Contohnya, Zona Musim (ZoM) Banten DKI 14, yang diprakirakan mulai kemarau pada dasarian III (sepuluh hari ketiga) April.
Wilayah yang mengalami kemarau di ZoM ini terdiri dari Kepulauan Seribu (Kecamatan Kep. Seribu Utara, Kep. Seribu Selatan), Jakarta Barat (Cengkareng, Grogol, Petamburan, Kalideres, Tamansari, Tambora), Jakarta Pusat (Gambir, Kemayoran, Sawah Besar).
Selain itu, ada Jakarta Timur (Cakung, Duren Sawit), Jakarta Utara (Cilincing, Kelapa Gading, Koja, Pademangan, Penjaringan, Tanjungpriok).
ZoM Jabar 02, yakni Bekasi bagian tengah, Karawang bagian tengah, Kota Bekasi bagian tenggara, sebagian kecil Purwakarta bagian timur laut, diprakirakan sudah kemarau pada dasarian II April.Rekor-rekor Suhu Terpanas Dunia (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)Untuk awal Mei, yang diprediksi kemarau di antaranya ZoM Papua 02 (Jayapura bagian utara, Sarmi bagian timur), hingga Jateng 01 (Brebes Bagian Utara, Kota Tegal, Tegal Bagian Utara).
Namun begitu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG A. Fachri Radjab menyebut kepastian kemarau itu, termasuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, baru bisa dikonfirmasi benar sudah memasuki musim kemarau saat dasarian III telah usai.
\”Saat ini masih tanggal 24, artinya Dasarian 3 April baru masuk 4 hari, analisis musim akan dilakukan setelah dasarian tersebut berakhir, artinya nanti tanggal 1 atau 2 Mei baru bisa diketahui apakah sudah ada wilayah Jabodetabek yang sudah memasuki musim kemarau,\” ujar dia,kepada CNNIndonesia.com, Rabu (24/4).
Fachri menjelaskan untuk dapat dianggap masuk musim kemarau, sebuah wilayah harus mengalami curah hujan dengan intensitas kurang dari 50 mm per dasarian selama 3 dasarian berturut-turut.